Ibu-Ibu Ayo Sinau

Alhamdulillah kurang lebih sudah dua bulan ini saya ada kegiatan baru, yaitu belajar tahsin (khusus akhowat) di daerah Bogor.

Saya sangat bersyukur dipertemukan dengan tempat ini. Pengajarnya in sya Allah berkualitas dan sangat memahami materi yang diajarkan. Juga metodenya membuat ummahat jadi semangat untuk belajar. Seminggu ada dua kali pertemuan. Hari pertama diisi teori plus praktek pengucapan huruf sesuai makhroj kemudian talaqqi, sedangkan hari kedua setoran hafalan dan muroja’ah.

Sesudah belajar, saya jadi sadar bahwa ternyata cara pengucapan saya banyak yang kurang sesuai makhroj, ghunnah kurang ditahan, dan masih banyak lagi hal yang saya pelajari. Saya juga jadi me-review lagi hafalan Khansa yang sampai surat Al Bayyinah, dan eng ing eng.. ternyata banyak missed. Hellow..kemana aja kemarin-kemarin bu?hehe..*tutup muka*

Hal ini juga semakin membukakan mata saya akan pentingnya berilmu bagi seorang ibu. Terbukti waktu saya kurang menguasai ilmunya, mengajari anak mengaji saja kurang benar hiks.. *maaf ya nduk*

Na’am, kita harus belajar dari shohabiyah yang sangat bersemangat menuntut ilmu.

‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ berkata,

نِعْمَ النِّسَاءِ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ

“Sebaik-baik perempuan adalah para perempuan Anshor. Tidaklah rasa malu menghalangi mereka untuk tafaqquh (memperdalam pemahaman) dalam agama. “ Dikeluarkan oleh Muslim no. 500, Abu Dâud no. 270 dan Ibnu Mâjah no. 634 Continue reading

Ibu..Madrasah Pertama Anak

Ibu adalah madrasah pertama anak. Dan untuk itulah diperlukan ILMU bagi seorang IBU.

Mulai dari hal kecil seperti melatih anak memakai pakaian sendiri, cara makan, toilet training, melatih motorik halus dan kasar mereka, semua berawal dari seorang GURU bernama IBU.

Belum lagi menjadi tempat bertanya dari berbagai pertanyaan “ajaib” anak, misalnya “ibu, kenapa ikan kalau tidur matanya ngga merem?’, “ibu, Allah ada dimana?”, bagaimana seorang ibu bisa menjawabnya bila tidak didasarkan ILMU

Dan ketika anak-anak sudah dewasa, Ibu pulalah yang mungkin akan ditanya pertama kali oleh mereka, dan mengajarkan mengenai apa itu mimpi basah, haid,  jima’, cara mandi besar, dan hal mendasar lainnya. Hal itu tentu saja memerlukan ILMU.

Ditambah lagi multiperan IBU sebagai chef, dokter pribadi, pengelola keuangan keluarga, dll.. juga membutuhkan ILMU sebagai pegangannya.

Oleh sebab itulah dalam banyak hadits, Rasulullah menuntunkan akan keutamaan ilmu, diantaranya :

Dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

Kewajiban menuntut ilmu itu berlaku bagi kaum laki-laki maupun wanita. Sehingga amat disayangkan ketika saya membaca bahwa terdapat kaum yang berkuasa dari suatu negara -yang notabene negara Islam-  membelenggu kaum wanitanya untuk memperoleh pendidikan. Dan hal tersebut sering digunakan pihak lain untuk mendiskreditkan Islam, bahwa Islam adalah agama kolot yg mengekang hak wanita utk berilmu. Padahal tuntunan dari Rasulullah bukanlah demikian. Menuntut ilmu itu wajib, dan mengenai cara memperoleh ilmu itu yang memerlukan pengaturan (misalnya : tidak ikhtilath lawan jenis).

Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim. “[1] Hadits hasan diriwayatkan oleh sejumlah shahabat. Dishohihkan oleh Al-Albâny dalam Takhrîj Musykilatul Faqr hal 80 dan dihasankan oleh Syaikh Muqbil.

Berkata Ibnul Jauzy rahimahullâh, “Perempuan adalah seorang yang mukallaf seperti laki-laki. Maka wajib terhadapnya untuk menuntut ilmu tentang perkara-perkara yang diwajibkan terhadapnya, agar ia menunaikan ibadah tersebut di atas keyakinan. “[2] Ahkâm An-Nisâ` karya Ibnul Jauzy hal. 7

Dan tercatat indah dalam sejarah, bagaimana semangat para shahabiyâat radhiyallâhu ‘anhunnâ dalam menuntut ilmu dan bertanya akan berbagai problemetika yang tengah mereka hadapi tanpa terhalangi oleh rasa malu mereka. Hal tersebut menunjukkan kewajiban menuntut ilmu yang tertanam dalam jiwa-jiwa mereka yang terpuji. ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ berkata,

نِعْمَ النِّسَاءِ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ

“Sebaik-baik perempuan adalah para perempuan Anshor. Tidaklah rasa malu menghalangi mereka untuk tafaqquh (memperdalam pemahaman) dalam agama. “[3] Dikeluarkan oleh Muslim no. 500, Abu Dâud no. 270 dan Ibnu Mâjah no. 634.

Sumber >> disini

Lihatlah keteladanan ummahatul mukminin dan shohabiyah dari segi keilmuannya.
Aisyah -rodhiyallahu ‘anha- yang wawasan ilmunya luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi, maupun ilmu fikih, dan selain beliau ada juga Ummu Salamah dan Ummu Sulaim yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah -sholallahu ‘alaihi wasalam-. Mereka adalah tauladan nyata akan pentingnya muslimah untuk menuntut ilmu.

Ya, itulah beberapa tuntunan Rasulullah mengenai urgensi ilmu dalam segenap kehidupan kita, dalam hal ini utamanya bagi seorang muslimah, yang -bi idznillah- akan menyandang gelar IBU, guru pertama bagi anak-anak mereka.

Jadi jangan berkecil hati duhai saudariku jikalau ada yang bilang “eman-eman pendidikan tinggi-tinggi hanya sebagai ibu rumah tangga”. Percayalah bahwa -bi idznillah- ibu yang berilmu itu adalah salah satu aset dalam tumbuh kembang dan pendidikan anak serta pengelolaan keluarga.

Seorang penyair Arab mengatakan, “Al Ummu Madrosatul Ula, Idzaa A’dadtaha A’dadta Sya’ban Khoirul ‘Irq” (Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa berakar kebaikan). Insya Allah.