Flash Back Pemilihan Ketua RT

Sudah saya tulis di post sebelumnya bahwa sejak akhir 2020 qaddarullah suami saya dipilih menjadi ketua RT secara di luar nurul. Maksudnya gimana? Ya kalau dipikir-pikir, masih banyak warga lain yang lebih senior secara umur daripada suami saya yang saat itu berusia 38 tahun, pun banyak warga lainnya yang sudah lebih lama tinggal di lingkungan tersebut daripada kami (kami tinggal mulai tahun 2013), terlebih lagi suami saya itu celana cingkrang, jenggoten dan saya bercadar. Tahu kan bagaimana pandangan beberapa orang mengenai hal itu? Jadi kalau secara nalar ngga mungkin lah bakal kepilih. Tapi kalau Allah sudah berkehendak dan sudah menjadi takdir kami, maka kun fayakun..it happened

Jadi, pemilihan ketua RT dilakukan dengan menuliskan nama warga yang mempunyai KTP setempat untuk dicalonkan menjadi kandidat. Lha ini, karena keisengan tetangga saya sejumlah 3 atau 5 orang (saya lupa jumlahnya) yang menulis nama suami saya di kertas pemilihan hingga setelah penyaringan kemudian menjadi salah satu dari 3 kandidat ketua. Tadinya suami saya sudah bilang mau mundur karena sering tugas keluar kota tapi tidak diperbolehkan oleh ketua panitia pemilihan. Sesudah dilakukan voting warga dengan 3 kandidat tersebut, walhasil suami terpilih menjadi wakil ketua RT dengan selisih 3 poin dari posisi ketua RTnya (26-23), saya lupa jumlah vote calon ketiga. Kok bisa tadinya wakil jadi ketua RT? to be continue..

Ceritanya pemilihan RT sudah selesai, warga sudah pulang ke rumah masing-masing dan juga sudah dilakukan acara serah terima jabatan. Kemudian mak bedunduk ada warga datang ke rumah saya bersama ketua RT terpilih dan menjelaskan kalau istrinya pak RT tidak mau kalau suaminya terpilih, bahkan mengancam mau pindah rumah kalau tetap dipaksa. Lha iki, saya yang mendengar keributan ini dari dalam sudah deg-degan, hmmm…perasaan ngga enak nih.

Lha rak tenan, setelah beberapa orang berdiskusi di depan rumah, mereka meminta agar suami saya yang naik menggantikan menjadi ketua RT. Suami saya kemudian meminta waktu untuk bilang ke saya dulu. Wis jan pikiran saya agak mawut saat itu. Apa saya ngancam pindah rumah juga ya? tapi duit darimanee buat pindah. Akhirnya ya weslah bismillah, walaupun saya tahu bahwa mungkin akan ada kesulitan namun jalanin aja dulu sambil memohon pertolongan pada Allah. Jumlah KK satu RT saat itu kurang lebih 117 KK, jadi bisa dibayangkan lumayan effortnya dalam mengelola kepentingan seluruh warga?hehehe… yang sudah pernah menjadi pengurus RT pasti pernah merasakan betapa mumetnya. Berbagai hal dilaporkan ke ketua RT mulai dari perselisihan warga, perselisihan hewan, KDRT, pencurian, penguasaan fasum, saluran air, dll

Yah, singkat cerita begitulah awalnya hingga sampai saat ini hampir 3,5 tahun suami saya menjadi ketua RT, insya Allah Desember tahun 2024 ini masa jabatan berakhir. Saya hanya bisa berdoa semoga hingga akhir masa jabatan, suami saya diberkahi Allah kemudahan dan dijauhkan dari segala fitnah dan perselisihan. Aamiin..allaahumma aamiin..

Leave a comment