Cerita Ramadan Khansa

Ramadan tahun 2016 ini alhamdulillah Khansa (5 tahun) banyak perubahan lebih baik dari tahun sebelumnya baik dari segi ibadah puasa, baca Al Qur’an maupun sholatnya. Semoga terus meningkat menjadi lebih baik lagi di tahun-tahun berikutnya  *aamiin, in sya Allah*.

Tidak ada reward yang kami iming-imingkan ke Khansa, saya dan suami hanya bilang beberapa hari sebelum puasa bahwa in sya Allah sebentar lagi bulan Ramadan, semua in sya Allah berpuasa, Khansa ikut juga berpuasa ya. Bulan Ramadan nanti pahalanya akan ditambah sama Allah, jadi banyak-banyak beribadah. Alhamdulillah dia bersemangat untuk ikut.

Mengapa sejak dini kami mengenalkan Khansa untuk berpuasa?

Hal ini telah ada contoh dari shahabat di masa Rasulullah sesuai hadits berikut..

عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ قَالَتْ أَرْسَلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الأَنْصَارِ « مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ ، وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيَصُمْ » . قَالَتْ فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا ، وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ ، حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الإِفْطَارِ

“Dari Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus seseorang ke salah satu suku Anshar di pagi hari Asyura.” Beliau bersabda, “Siapa yang di pagi hari dalam keadaan tidak berpuasa, hendaklah ia berpuasa. Siapa yang di pagi harinya berpuasa, hendaklah berpuasa.” Ar Rubayyi’ mengatakan, “Kami berpuasa setelah itu. Lalu anak-anak kami pun turut berpuasa. Kami sengaja membuatkan mereka mainan dari bulu. Jika salah seorang dari mereka menangis, merengek-rengek minta makan, kami memberi mainan padanya. Akhirnya pun mereka bisa turut berpuasa hingga waktu berbuka.” (HR. Bukhari no. 1960 dan Muslim no. 1136)

Tentu saja tidak memaksakan kepada anak ya, karena memang mereka belum terkena beban syari’at. Kalaupun di tengah-tengah puasa mereka mau makan atau minum tidak apa-apa. Yang dilakukan orangtua hanyalah memotivasi/ memberi semangat kepada mereka untuk berbuat amal kebaikan. Lain perlakuannya ketika mereka sudah baligh kelak.

Continue reading

Jujurlah, Anakku

Ajarkan kepada anak kita untuk tidak mengambil barang yang bukan haknya. Ajarkan hal itu, sedini mungkin.

Kisah pertama,
Beberapa waktu lalu di toko kami, ada anak kecil yang mengambil salah satu mainan yang tergantung di tempat display. Waktu itu saudara saya yang sedang jaga di toko. Saudara saya pikir dia ambil untuk menunjukkan kepada ibunya yang sedang pesan makanan di warung sebelah.

Eh ternyata sesaat kemudian dia mau pulang dan mainan itu tetap dibawanya. Ketika saudara saya bilang ke ibunya kalau anaknya membawa mainan kami, ibunya menyanggah, dan anaknya hanya diam saja. Ketika ditunjukkan bukti bahwa ada mainan yang sama di toko kami, baru ibu itu percaya dan mengembalikannya kepada kami.

Kisah kedua,
Ketika saya sedang belanja sayur di pasar, tiba-tiba si penjual menegur dengan keras seorang ibu yang sedang belanja di samping saya. “Bu, itu ayamnya keluarkan dari tas! Ibu itu mau beli kacang merah atau mau beli ayam?!”. Kemudian kata ibu pembeli di sebelah saya, “Eh maap kebawa (sambil mengeluarkan satu ekor ayam dari tas belanjanya)”, kemudian berlalu dari lapak sayur itu. Weleh, iso-isone ki lho, kebawa kok gede banget tho buu.. ayam utuh sodara-sodara!

Mari sama-sama belajar dari kedua kisah di atas. Jika anak pada kisah pertama perilakunya tersebut dibiarkan dan tidak diajarkan kejujuran/tidak boleh mengambil barang yg bukan haknya sejak dini, bisa jadi dikemudian hari dia akan tumbuh menjadi seseorang yg tersebut pada kisah kedua ketika dewasa.

Anak tersebut mungkin akan menjadi seseorang suka mengambil sesuatu yang bukan haknya, dia tidak merasa bersalah ketika merampas harta saudaranya, mencuri barang orang lain, atau merebut pasangan orang lain ‪#‎eh‬

Padahal sesuai firman Allah -subhanahu wata’ala- bahwa kita tidak diperbolehkan mengambil yang bukan haknya, tidak boleh mengambil harta orang lain dengan cara yang buruk.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, …” [an Nisaa/4 : 29].

Ajarkan mereka untuk senantiasa berlaku jujur, kapanpun, dimanapun. Bahwa jujur itu akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan membawa kepada surga.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” Hadits Bukhâri (no. 6094)

Ajarkan mereka bahwa Allah Maha Melihat segala sesuatu, dan kelak di akhirat kita harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita, termasuk mengenai harta kita, darimana didapatkan dan kemana dibelanjakan.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

«لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ»

Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” HR at-Tirmidzi (no. 2417), ad-Daarimi (no. 537), dan Abu Ya’la (no. 7434), dishahihkan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani dalam “as-Shahiihah” (no. 946) karena banyak jalurnya yang saling menguatkan.

Dengan mengajarkan anak point-point kejujuran di atas -tentunya disertai dengan doa kepada Allah memohon supaya anak kita dikaruniai akhlak yang baik- maka in sya Allah itu akan menjadi salah satu modal utamanya dalam mengarungi kehidupan.

Continue reading

Quit or Not?

quit

credit : catchsmile.com

Beberapa waktu lalu saudara sepupu saya -yang berkenan membantu menjaga toko offline ZEATOYS-  ngobrol dengan seorang ibu pemilik salah satu usaha di deretan toko yang kami tempati. Kata ibu tersebut (kurang lebih) seperti ini, “Harus sabar buka toko begini, kalau saya kan *menyebutkan usahanya* disini jarang ada jadi laku, kalo toko mainan di sebelah sana juga ada, itu aja sepi. Ya ini paling bertahan setahun habis itu ngga ada lagi”. Mak jleb juga saya mendengarnya hehe.. Saudara saya bilang ke beliau, “Jangan dong bu, mudah-mudahan tetap ada selamanya. Kalo disini kan yang kenceng onlinenya, sehari bisa sekian paket, lagipula ini juga sekalian buat nyimpen semua mainan soalnya kalo di rumahnya ngga muat”.

Wajar saja kalau beliau berpikiran bahwa toko kami kurang laku, karena yang ibu itu ketahui bahwa toko kami jarang yang beli. Masih sepi dibanding toko lain yang ada di deretan ruko kami.  Saya tidak perlu membantah ataupun membuktikan apa-apa ke ibu tersebut. Toh beliau juga tidak mengamati bahwa hampir tiap hari kami ada kiriman sekian paket dan beliaupun tidak tahu berapa nominal tiap paket tersebut. Tak perlu pula saya sodorkan mutasi rekening zeatoys untuk menunjukkan bahwa omzet toko kami sekian juta rupiah dalam sebulan. Saya hanya bisa berdoa dalam hati akan keberkahan dan kemudahan usaha kami untuk selanjutnya.

Memang saat ini kami masih timik-timik belajar tentang segala sesuatu berkaitan dengan toko offline. Beberapa perbedaan pengelolaan toko offline dan online sudah saya jelaskan disini. Wajar jika masih ada kendala dalam pengelolaan toko, lha wong ibaratnya masih bayek. Hal ini seperti mengulang masa lima tahun yang lalu ketika saya masih belajar usaha online (yang sampai sekarang pun masih teteup belajar). But quit is not an option, in sya Allah.

Kalau saya mau menyerah itu sudah saya lakukan sejak dulu waktu awal merintis usaha online.. Continue reading

#Anak_mah_Gimana_Orangtuanya

parenting

                                     credit : http://www.corr.us

Dalam hal mendidik anak, tiap orangtua tentu mempunyai style yang berbeda-beda. Ada yang otoriter, anak tidak boleh ini itu, ada yang bersikap santai sehingga anaknya dibebaskan melakukan semua dan dituruti segala keinginannya tanpa batasan, dan ada yang bersikap pertengahan yaitu anak dibebaskan bertindak tapi diawasi dan diarahkan kedua orangtuanya. Silakan saja mau mengambil sikap yang mana dalam memperlakukan anak.

Saya teringat pada cerita seorang teman semasa di kantor dulu, ada salah satu teman kami (sebut saja A) yang anaknya hingga usia hampir 6 tahun kosakatanya masih sangat sedikit, cenderung pasif dengan lingkungan, dan seringkali tantrum ketika keinginannya tidak dituruti sehingga menyebabkan orangtuanya kemudian mengalah dan menuruti keinginan anaknya tersebut, walaupun mungkin hal itu kurang baik baginya. Anaknya ini suka banget nge-game, sehari-hari sebagian besar dilewatkan dengan gadget dan TV , ketika teman saya menasihati A untuk mengurangi jatah anaknya nge-game agar bisa berkomunikasi dan bersosialisasi lebih baik tapi tanggapan A dia bilang tidak bisa karena nanti anaknya pasti marah. Lho, piye iki..malah anaknya yang mengontrol orangtuanya. Tapi ya sudahlah, saya bukan orang yang berhak dan berkompeten untuk komentar lebih jauh.

Saya hanya akan menuliskan pengalaman pribadi saya mengenai anak.

Sudah sekitar 3 bulan ini Khansa tiap minggu selalu menunggu-nunggu datangnya hari Sabtu. Kenapa ya? hal ini karena hari Sabtu adalah jadwalnya boleh makan permen. Hampir tiap hari selalu bertanya, “Ummi, hari ini hari apa?”, kemudian sesudah saya jawab dia menghitung sendiri hari-hari menuju Sabtu.

Mengapa saya berlakukan one day a week for candy? Ya, karena melihat kondisi giginya agak memprihatinkan yaitu gripis dan ompong tiga gigi seri atasnya. Salah sayasebagai emaknya yang sebelumnya kurang memperhatikan kadar konsumsi permen Khansa. Dulu hampir tiap hari dia makan permen, dan ngga hanya satu per hari *maapkeun ummi ya nduk*. Kalau gosok gigi mah alhamdulillah rutin.

Lalu sekarang sesudah diberlakukan aturan seminggu hanya satu hari makan permen alhamdulillah dia bisa. Walaupun kadang dia berusaha nego dengan memelas “Ummi, hari ini boleh makan permen?”, tapi saya berusaha tetap tegas bahwa hanya Sabtu saja diperbolehkannya. Saya khawatir kalau sekali saja saya goyah, maka itu akan menjadi senjata dia dikemudian hari, “Lha, kemarin aja boleh makan permen ngga hari Sabtu”. Apalagi melihat kadar “kekritisan” Khansa dalam berbicara dan keahliannya membalikkan kata plus didukung kekuatan ingatannya. Pokokna bikin geleng-geleng kefala kalau dia sudah mulai criwis tanya ini itu. Kata ustadzahnya, bakat jadi wartawan. Saya menimpali, kasihan narasumbernya atuh ustadzah, pasti minta “Udahan ya mba jangan tanya-tanya lagi” haha.. ini mah pengalaman pribadi emaknya, lha habis kalau Khansa tanya pasti sampai detil sedetil-detilnya dan diulang-ulang.

Tadinya saya berpikir bisa ngga ya melalui the candy rule? Continue reading

Perawat Pribadi Ummi

credit : picterest.info

                           credit : picterest.info

Sekali-kali cerita ah tentang polah tingkah si genduk Khansa yang in sya Allah 6 Februari mendatang berusia 5 tahun hehe..

Sore tadi ketika adzan Asar ketika bangun tidur perut saya agak sakit. Melihat saya pegang perut, Khansa lalu menawarkan untuk mengolesi minyak tawon. Saya bilang, “Ummi sholat Asar dulu ya”

Sesudah sholat Khansa saya berbaring, kemudian genduk Khansa dengan sigap mengoleskan minyak tawon ke perut saya.

Sesudah itu dia menawarkan, “Ummi mau makan apa?”, saya jawab saja ingin bubur. Dia diam, karena tahu kalau ngga ada bubur di rumah (hihi..ummine ngerjani). Dia keluar kamar dan ketika kembali sudah membawa secangkir air putih dan kurma yang diletakkan di meja dekat saya. Gelasnya lalu diserahkan ke saya. Sesudah saya minum, diletakkannya kembali gelas tersebut di meja. Perawat teladan deh.

Kemudian dia tawarkan lagi, “Ummi minum susu ya?”. Saya gelengkan kepala. “Lho, susu kan sehat”. Lalu dia ambil susu di kulkas dan diminum sendiri sambil masih berusaha menawarkan ke saya, tapi saya tidak mau, “Buat Khansa aja”.

Sambil minum susu, dia duduk disamping saya sambil meluk kepala saya. Mbrebes mili langsung mata saya.. Jadi teringat bahwa siang tadi saya habis marahin Khansa karena dia tantrum teriak-teriak sambil nangis karena ingin ditemani di luar, sedangkan saya kurang enak badan dan mau tiduran di kamar.

Astaghfirullah, maafkan ummi ya nduk yang kurang sabar..  Kalo sudah begini rasanya menyesal banget, apalagi melihat perilaku sholihah genduk dalam merawat ibunya. Continue reading

Kecil-kecil Kok Cadaran?

credit : twitter.com/islamparenting

credit : twitter.com/islamparenting

“Duh, kasian amat ya kecil-kecil sudah disuruh pakai cadar”, demikian batin saya ketika melihat sekelompok anak-anak memakai jilbab ritz safar ketika saya datang kajian di sebuah pondok di daerah Cileungsi Bogor.

Mereka adalah anak-anak yang belajar di pondok tempat kajian diselenggarakan. Saat itu memang cadar mereka dibuka karena ruangan untuk ibu-ibu terpisah dengan jama’ah laki-laki. Tapi di jilbab mereka terdapat cadar tempel dengan menggunakan retsleting yang memudahkan untuk dibuka tutup, sehingga saya berasumsi bahwa mereka disuruh untuk mengenakan cadar tersebut oleh orangtua mereka masing-masing.

Ternyata asumsi saya tidak sepenuhnya benar.

Belum tentu orangtua anak-anak tersebut yang meminta mereka untuk mengenakannya. Bisa jadi keinginan untuk memakai cadar berasal dari anak-anak itu sendiri. Kok tau?

Hal ini saya ketahui sesudah ngobrol dengan para ummahat tentang anak mereka masing-masing. Salah satunya adalah anak dari teman saya Ummu Saffa, anak ke 3 beliau yang bernama Hafshoh (kelas 1 SD) meminta sendiri untuk mengenakan cadar ketika suatu saat kami berjumpa di salah satu kajian di Cibinong. Kemudian ada lagi anak dari Ummu Zidan yang bersekolah di salah satu SD bermanhaj salaf di Bogor, beliau bercerita kalau anaknya ketika hari berpakaian bebas selalu meminta untuk memakai gamis lebar lengkap dengan jilbab bercadar, anaknya kelas 2 SD.

Kemudian satu lagi saya dapatkan ketika beberapa waktu lalu membaca di buku komunikasi TK, salah seorang ibu menuliskan di buku komunikasi tersebut bahwa anaknya ingin mengenakan cadar ketika sekolah, beliau meminta tolong kepada ustadzah untuk dibantu memotivasi apabila ada teman yang mengejeknya (dan in sya Allah tidak ada anak yang mengejek karena anak-anak di sekolah sudah akrab dengan cadar). Dan tahukah usia anak tersebut? baru 5 tahun. Continue reading

Ibu-Ibu Ayo Sinau

Alhamdulillah kurang lebih sudah dua bulan ini saya ada kegiatan baru, yaitu belajar tahsin (khusus akhowat) di daerah Bogor.

Saya sangat bersyukur dipertemukan dengan tempat ini. Pengajarnya in sya Allah berkualitas dan sangat memahami materi yang diajarkan. Juga metodenya membuat ummahat jadi semangat untuk belajar. Seminggu ada dua kali pertemuan. Hari pertama diisi teori plus praktek pengucapan huruf sesuai makhroj kemudian talaqqi, sedangkan hari kedua setoran hafalan dan muroja’ah.

Sesudah belajar, saya jadi sadar bahwa ternyata cara pengucapan saya banyak yang kurang sesuai makhroj, ghunnah kurang ditahan, dan masih banyak lagi hal yang saya pelajari. Saya juga jadi me-review lagi hafalan Khansa yang sampai surat Al Bayyinah, dan eng ing eng.. ternyata banyak missed. Hellow..kemana aja kemarin-kemarin bu?hehe..*tutup muka*

Hal ini juga semakin membukakan mata saya akan pentingnya berilmu bagi seorang ibu. Terbukti waktu saya kurang menguasai ilmunya, mengajari anak mengaji saja kurang benar hiks.. *maaf ya nduk*

Na’am, kita harus belajar dari shohabiyah yang sangat bersemangat menuntut ilmu.

‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ berkata,

نِعْمَ النِّسَاءِ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ

“Sebaik-baik perempuan adalah para perempuan Anshor. Tidaklah rasa malu menghalangi mereka untuk tafaqquh (memperdalam pemahaman) dalam agama. “ Dikeluarkan oleh Muslim no. 500, Abu Dâud no. 270 dan Ibnu Mâjah no. 634 Continue reading

Jangan Berbohong dan Ingkar Janji pada si Kecil

Larangan berbohong atau berdusta dan ingkar janji ini tentu saja berlaku pada siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Akan tetapi dalam hal ini khususnya akan membicarakan mengenai larangan orangtua berbohong pada anak, dan kewajiban bagi orangtua untuk menepati janji yang telah diucapkan pada buah hatinya.

Larangan Berbohong

Kebohongan akan mengantarkan pelakunya kepada kemaksiatan sebagaimana di dalam Shahihain dari Hadits Abdullah bin Mas’ud  bahwasanya Nabi -sholallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :

“Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan itu akan mengantarkan kepada surga, selanjutnya orang yang senantiasa berbuat jujur dan selalu berusaha menjaga kejujuran sehingga Allah mencatatnya disisi-Nya sebagai shiddiq

Dan sesungguhnya kebohongan itu akan mengantarkan kepada kemaksiatan, dan sesungguhnya kemaksiatan itu akan mengantarkan kepada neraka. Seorang hamba senantiasa berdusta dan selalu berusaha berdusta hingga dicatat disisi Allah sebagai pendusta”

Selain itu berbohong adalah salah satu sifat munafik seperti disebutkan dalam Shahihain dari hadits Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah bersabda :

“Tanda orang munafik ada tiga : jika bicara dusta, jika berjanji tidak menepatinya, dan jika diberi amanat berkhianat”.

Na’udzubillahi mindzalik. Smoga Allah melindungi kita dari sifat demikian. Continue reading

Lulus Toilet Training, Alhamdulillah..

Lega rasanya ketika Khansa kurang lebih 2 minggu yang lalu tiba-tiba bilang, “ummi, mau pipis”, dan ternyata memang benar dia pipis di kamar mandi.  Saya pikir itu hanya sesaat saja, dalam arti hanya kebetulan, karena beberapa saat sebelumnya Khansa masih belum lulus toilet training. Memang dia ngomong mau pipis, tapi ternyata sudah ngompol di celana. BAB juga begitu, bilang mau eek, eh ternyata sudah eek duluan di celana.

Jadi ketika waktu itu dia beberapa kali bilang “ummi mau pipis” dan “ummi mau eek”, hati saya masih cemas bahwa hal itu hanya sementara. Maklumlah, perjalanan toilet training Khansa bukanlah hal yg mudah. Sebenarnya sudah diniatkan sejak dia berusia kurang lebih 18 bulan, tapi pada prakteknya emaknya ini yang semangatnya masih turun naik. Malas melihat pipis berceceran dimana-mana, jadi masih memakaikan clodi ketika di rumah, dan pospak ketika bepergian.

Niat dan semangat yang benar-benar dari dalam hati terdalam yaitu sesudah pindah ke rumah baru pada bulan Mei yang lalu. Saya full mengenakan Khansa training pants di siang hari, dan mengenakan clodi hanya ketika Khansa tidur siang ataupun bobok malam. Dengan telaten saya me-“natur” (jawa,red)Khansa ke kamar mandi tiap 1 atau 2 jam sekali. Waktu mau tidur saya biasakan pipis dulu, bangun tidur juga demikian, langsung saya bawa ke kamar mandi. Lama kelamaan saya mengetahui ritme pipisnya, dan dia pun perlahan-lahan memahami ritualnya (pipis sebelum tidur dan sesudah bangun tidur). Kalau BAB , saya memperhatikan ketika Khansa mulai melakukan tanda-tanda pup (membungkuk-bungkuk, ngumpet di pojokan) langsung saya bawa ke kamar mandi.  Continue reading

Terlalu Indah untuk Dilewatkan

Dalam masa kecil anak, ada beberapa moment yang terlalu indah untuk dilewatkan, dan mungkin takkan terulang (karena mereka tumbuh semakin dewasa)

Beberapa waktu yang lalu, ketika sedang beberes rumah dan mau masuk kamar mandi, saya melihat Khansa (2th 4 bulan) sedang asyik glundang glundung sendiri di kamar depan. Dia masuk ke dalam tempat tidur bayi portable (model jinjing) dan menggumamkan sesuatu. Ketika saya dengarkan kata-katanya ternyata dia sedang “muroja’ah” surat al fatihah, kurang lebih begini “hamdulillah..alamiin..ghoiril magdhuu..sirootholladzii an am..”, memang agak terbolak-balik dan kurang jelas bacaannya, tapi hal ini cukup membuat saya terharu T_T

Selama ini saya memang berusaha mengulang-ngulang membaca surat al fatihah dan meminta Khansa untuk menirukannya, sebagai pengenalan terhadap ayat-ayat Al Quran. Biasanya saya melakukannya ketika Khansa mau tidur (baik tidur siang ataupun malam), atau ketika kami sedang bermain. Tapi yaa namanya bocah, seringkali diminta mengikuti ayat malah main-main. Entah dia sibuk ngomongin hal lain, glundang glundung kesana kemari, atau malah tidak mau menirukan sama sekali. Saya pikir ya wes lah, biar terserah dia dulu (padahal dalam hati gemess hihi..). Yang penting dia sudah mulai mengenal bacaan Al Quran.

Ternyata oh ternyata, apa yang diajarkan itu membekas juga di memorinya. Sehingga ketika asik bermain sendiri, dia pun melafalkan hafalan surat tersebut walaupun masih terbolak-balik dan ada kata-kata yang mengarang indah -_-‘

Itu adalah salah satu priceless moment, dari banyak peristiwa menakjubkan dalam perkembangan seorang anak.

Ada juga moment lain, yaitu disaat kami sedang main lego. Tiba-tiba Khansa membuat sebuah bangunan dan bilang “ummi, ini menara eppel”.. hmm? tadinya saya sempat bertanya dalam hati apa arti menara eppel, kemudian saya ingat dalam salah satu bukunya yang kemarin saya ceritakan ada gambar menara eiffel. Masya Allah, ternyata diapun merekam hal itu dan berusaha mengaplikasikannya *berkaca-kaca*

Ya, hal-hal seperti inilah yang terlalu indah untuk dilewatkan bagi seorang emak seperti saya. Moment masa kecil dan tumbuh kembang anak. Seperti layaknya kalimat “they grow up so fast“, memang demikianlah kenyataannya.

Itulah mengapa -sampai saat ini- saya sangat bersyukur atas pengambilan keputusan resign dari kantor setahun 3 bulan yang lalu. Ingin menemani anak saya dalam masa keemasannya, mengisinya dengan hal-hal baik dan bermanfaat yang akan menjadi pondasi bagi masa depannya kelak, insya Allah.

Ketika mereka dewasa, mungkin mereka akan sibuk dengan teman-teman dan kegiatannya, belum lagi ketika sudah menikah mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya. Menurut kacamata saya, “bonding moment” antara orangtua dan anak yang maksimal adalah ketika masa kecil mereka.

Smoga Allah membimbing kami –as parent– untuk mendidik anak-anak kami sesuai tuntunan-Nya. Wallahul musta’an.